Translate

Sabtu, 10 April 2010

Persembahyangan di Ulun Danu Batur


Om, Swastyastu.
Sarve bhavantu sukhinah, Sarve santu nirmayah,
Sarve bhadrani pasyantuMa kaschit duka bhag bhavet,
Om loka samasta sukhino bhawantu.
artinya:
Semoga semua hidup bahagia, semoga semua menikmati kesehatan yang baik, Semoga semua mendapat keberuntungan, semoga tiada seorangpun mengalami kesedihan, Semoga damai dimana-mana.
Pada hari Rabu tanggal 8 April 2010, kami rombongan Pemerintah Kabupaten Karangasem berkesempatan melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Ulun Danu Batur Kabupaten Bangli melaksanakan upacara nganyarin. Ceritra selengkapnya dapat mengunjungi alamat ini (http://berita.balihita.com/sekilas-gunung-batur-dan-pura-ulun-danu-batur.html). http://www.babadbali.com
Tiba dikawasan gunung batur dengan danaunya menyajikan pemandangan yang amat indah. Ciptaan Tuhan yang maha sempurna, yang menjadi daya tarik utama para pelancong baik lokal maupun manca negara. Letih diperjalanan tidak lagi terasa, suasana segar menyapa sebagai ucapan selamat datang. Wahai umat manusia mari kita jaga dan lestarikan lingkungan agar suasana segar yang dirasakan seperti di Kintamani dapat kita wujudkan diseluruh dunia. Dengan harapan lebih banyak lagi umat manusia merasa nyaman dan berbahagia hidupnya.
Instansi Dinas dengan stafnya masing-masing beramai-ramai menuju lokasi upacara piodalan . Selama dalam perjalanan hampir tid ak ada hambatan apalagi suasana di perjalanan menarik untuk diperhatikan. Mendekati lokasi Pura jalan kendaran mulai terhambat, karena jalan dipenuhi pemedek dari penjuru daerah yang akan melaksanakan persembahyangan. Baca juga babad Bali; http://www.babadbali.com/pura/plan/ulun-danu-batur.htm
Kemeriahan suasana mulai terasa, kidung terdengar dengan pengeras suara, aroma dupa tercium harum, suara gamelan menambah suasana semakin magis. Antrean pemedek yang menunggu giliran gerbang dibuka, karena di jaba utama prosesi upacara sedang berlangsung.

Warna warni hiasan menambah meriahnya suasana halaman pura, umbul-umbul, penjor, payung dengan aneka bentuk dan warna menambah meriahnya suasana di halaman pura. Sambil menunggu giliran kami sempat berdialog dengan beberapa pemedek sekaligus mengomentari tentang susana dihalaman pura.
Sejatinya suasana semacam ini lebih pas kalau dijadikan sebagai ajang rekreasi sekaligus sembahyang, karena tidak mungkin kita bisa khusuk melaksakan persembahyangan dalam suasana yang hingar bingar seperti saat itu. Antrean umat menunggu giliran masuk ke utama mandala sampai berdesak desakan. Namun inilah adat dan budaya kita dalam meyakini Sang Pencipta. Keyakinan yang dikemas dengan budaya dan disajikan secara adat sebagai warisan turun temurun, sudah bersatu padu melekat kuat dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah ini salah ?

 Dalam sloka Bagawad Gita yaitu sloka 40 Bab II (Samkhya Yoga), yang berbunyi sebagai berikut :
"Tiada pengorbanan yang sia-sia,
Tiada rintangan yang tak dapat diatasi
Walaupun sedikit dari dharma ini
Akan membebaskan kita dari cengkeraman penderitaan."
Alangkah indahnya kalau kebiasan adat istiadat kita sebagai kewjaiban tangkil setiap piodalan, juga dapat membiasakan diri pedek tangkil setiap hari-hari tertentu seperti Purnama, Tilem ke pura.. Sebuah pemikiran tentunya tanpa merubah kebiasaan.
Om, Santi Santi Santi Om.